Mengapa Toba Dan Samosir Perlu Dicintai ????
Jhon Fawer Siahaan
Pula samosir do haroroanku samosir do gok disi hassang nang eme nang bawang rarak do pinahan didoloki, gok disi hassang nang eme nang bawang rarak do pinahan didoloki…….(lirik lagu Nahum Situmorang) . lirik lagu tersebut sebuah kenangan masa lampau tentang samosir dulu yang mempunyai arti pulau samosir kampung halamanku disana sangat banyak dijumpai kacang, padi, bawang, dan ternak yang tak terhitung. Lagu ini menceritakan masa kejayaan Toba dan Samosir tempo dulu, tetapi itu tinggal kenangan.
Samosir dan toba sangat perlu kita kita cintai mengingat secara historis samosir merupakan asal muasal orang batak disamping juga keindahan danau toba yang sangat perlu dilestarikan sebab samosir sangat layak untuk dijadikan sebagai tempat pariwisata, yang dapat menunjang kondisi perekonomian masyrakat ke kearah yang lebih sejahtera.
Kondisi Kekinian
Tetapi melihat kondisi sekarang perhatian akan toba dan samosir hampir tidak ada hal itu kita lihat makin banyaknya industry raksasa yang tidak peduli lingkungan yang asal sembarang membuang limbah, demikian juga masyrakatnya yang kurang peduli terhadapap lingkungan sehingga upaya untuk melestarikan toba dan samosir hanya cerita omong kosong belaka. Dan peranan pemda setempat untuk melestarikannya hampir tidak ada.
Sebagai contoh danau toba sangat disayangkan danau yang memiliki keindahan tapi kini telah dirusaki oleh orang tertentu. Budidaya keramba yang didukung pemda setempat menjadi bencana yang sangat mengganggu ekosistem danau tobah, air yang dulunya bersih berubah menjadi kotor karena pakan ikan yang masuk setiap harinya hampir 8 ton, pastinya itu akan menjadikan air dnau toba menjadi bau. Belum lagi penanaman hutan kaliptus di sekitar danau toba dimana kita ketahui penanaman hutan secara monokultur pastinya akan merusak keanekaragamann hayati, dan tanaman ekalyptus banyak menghisap air sehingga nantinya debit air danau toba pastinya akan semakin berkurang belum lagi pestisida yang disemprotkan tiap hari untuk membrantas hama pada hutan ekalyptus yang pastinya itu akan merembes ke air danau toba.
Belum lagi keadaan masyrakat yang harus dihadapi yang tidak cinta akan lingkungan dan membuang sampah secara sembarangan ke danau toba. Hal itu bisa menjadikan menurunya minat wisatawan local dan mancanegara untuk berkungjung kedanau toba, pada dulu danau toba sangat banyak dikunjungi wisatawan asing itu telah menjadi kenangan lama.
Ada suatu asumsi penulis juga bahwa toba dan samosir sengaja dikerdilkan atau mininnya publikasi tentang toba dan samosir, seolah telah ada koorporasi politik yang dibangun antara pemilik modal dengan pemerintah karena di samosir contahnya sangat sulit dijumpai hotel berbintang, padahal itu sebagai sarana penunjang wisata daerah toba. Kenapa bali bisa di desain bagus sedangkan somosir tidak, aku berpendapat ketika samosir di pugar atau dilestarikan pengunjung ke bali bisa berkurang, otomatis pemilik modal tertentu yang menanamkan modal di bali akan merugi, sebagai bukti perhatian pemerintah tidak terlihat sebab membiarkan budidaya keramba di danau toba dan penanaman hutan ekaliptus di sekitar danau toba.
Jadikan Toba & Samosir Perlu!
Untuk menjadikan toba dan samosir menjadi perlu ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu pertama menanamkan budaya kearifan local sejak dini kepada generasi muda yang mencintai budaya dan alam. Cerita-cerita terdahulu (turi-turian) dapat dijadikan sebagai pembelajaran, misalnya cerita terjadinya legei pada danau toba tapi yang lebih di tekankan adalah inti atau tujuan daripada legenda tersebut dimana seorang yang ingkar janji akan mengalami kehancuran, banyak turi-turian orang batak yang perlu direvitalisasi supaya masyrakat dan generasi muda semakin mencintai lingkungan dan budaya.
Kedua perlunya perhatian pemerintah dan pemda setempat untuk turut serta menjaga kelestarian danau toba dan memberikan sangsi yang tegas kepada setiap orang atau lembaga yang ingin merusak keindahan toba dan Samosir serta tidak pandang bulu. Ketiga kembali merevitalisai budaya MARTABE ( marsipature hutanabe/membangun daerah masing-masing), karena banyak orang batak yang bisa menginvestasikan uangnya demi kelestarian danau toba. Horas………………
**penulis aktif dalam gerakan sosial di kelompok studi BARSDem dan Sekjend KoMPaS(komunitas mahasiswa pecinta sejarah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar